Kampung Inggris – Kalau kamu lagi ikut interview kerja, pasti ada momen di mana kamu merasa deg-degan ketika pewawancara nanya:
“So, tell me… what are your weaknesses?”
Nah, pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan interview kerja yang paling sering muncul dan juga paling tricky. Kenapa tricky? Karena kalau kamu jawab kelemahanmu secara jujur-jujur banget, bisa bikin pewawancara mikir kalau kamu nggak cocok. Tapi kalau kamu jawab terlalu manis, malah kelihatan nggak tulus alias mengada-ada.
Makanya, kamu perlu strategi biar jawabanmu bisa terdengar jujur, profesional, tapi tetap membuatmu terlihat sebagai kandidat yang punya potensi. Artikel ini akan ngebahas tuntas soal cara menjawab pertanyaan interview kerja “What are your weaknesses?” dengan contoh, tips, dan strategi yang bisa langsung kamu terapkan.
Baca juga : 100 Slang Word, Bikin Speaking Kamu Makin Gaul!!
Kenapa Recruiter Suka Nanya “What Are Your Weaknesses?”
Sebelum masuk ke contoh jawaban, penting banget buat ngerti dulu: kenapa sih perusahaan suka banget nanyain pertanyaan ini?
Alasannya sederhana:
- Menguji kejujuran kamu. Mereka pengen tahu apakah kamu bisa jujur soal kelemahan diri sendiri.
- Melihat self-awareness. Kandidat yang baik harus bisa menilai dirinya sendiri. Kalau kamu nggak bisa mengenali kelemahanmu, itu tandanya kamu kurang sadar diri.
- Melihat growth mindset. Mereka pengen tahu apakah kamu berusaha memperbaiki kelemahanmu atau malah cuek aja.
- Mengetahui kecocokanmu dengan posisi. Misalnya kalau kamu melamar sebagai akuntan tapi kelemahanmu adalah “nggak suka detail”, ya sudah pasti red flag.
Jadi intinya, pertanyaan ini bukan sekadar jebakan, tapi juga cara mereka menilai apakah kamu kandidat yang realistis, jujur, dan bisa berkembang.
Baca juga : Daily Conversation Saat Mau Liburan Akhir Tahun !!
Kesalahan Umum Menjawab Pertanyaan “What Are Your Weaknesses?”
Banyak pelamar kerja yang gugup dan akhirnya salah menjawab pertanyaan ini. Berikut beberapa kesalahan yang sering terjadi:
- Menjawab dengan kelemahan yang fatal.
Contoh:
“My weakness is that I’m always late.”
Kalau sudah bilang gini, bisa-bisa kamu langsung dicoret dari daftar. - Mengatakan tidak punya kelemahan.
Contoh:
“I don’t think I have any weaknesses.”
Ini bikin kamu kelihatan arogan dan tidak jujur. - Menyebut kelemahan yang sebenarnya kekuatan, tapi dengan cara yang terlalu klise.
Contoh:
“My biggest weakness is that I work too hard.”
Kedengarannya terlalu basi dan pewawancara bisa langsung tahu kalau itu jawaban template. - Tidak memberikan solusi.
Menyebut kelemahan tanpa menjelaskan bagaimana kamu mengatasinya hanya akan membuatmu terlihat pasrah.
👉 Jadi kuncinya adalah: pilih kelemahan yang realistis tapi tidak menghancurkan peluangmu, lalu jelaskan bagaimana kamu berusaha memperbaikinya.
Strategi Menjawab Pertanyaan “What Are Your Weaknesses?”
Oke, sekarang kita masuk ke strategi. Ada beberapa langkah yang bisa kamu pakai:
1. Pilih Kelemahan yang Tidak Fatal
Jangan pilih kelemahan yang langsung mengancam pekerjaanmu. Misalnya kalau kamu melamar jadi customer service, jangan bilang kelemahanmu adalah “nggak sabar menghadapi orang”.
2. Tunjukkan Self-Awareness
Jangan malu mengakui kelemahan. Justru menunjukkan kamu sadar diri itu poin plus.
3. Berikan Solusi
Ceritakan bagaimana kamu sedang berusaha memperbaiki kelemahan itu.
Format jawaban bisa seperti ini:
- Sebutkan kelemahan
- Beri contoh situasi nyata
- Jelaskan langkah perbaikan
- Tambahkan hasilnya kalau ada.
4. Jangan Terlalu Lebay
Jawabanmu harus singkat, jelas, dan tidak bertele-tele. Ingat, pewawancara ingin mendengar inti jawabannya, bukan ceramah.
Contoh Jawaban Pertanyaan Interview Kerja: “What Are Your Weaknesses?”
Biar lebih jelas, yuk kita lihat beberapa contoh jawaban yang bisa kamu gunakan sesuai situasi.
1. Weakness dalam Manajemen Waktu
“Sometimes I take too much time to make sure my work is perfect. I realized it can affect my efficiency, so I’ve been learning how to prioritize tasks and manage deadlines better.”
(Kadang saya menghabiskan terlalu banyak waktu untuk memastikan pekerjaan saya sempurna. Saya sadar itu bisa mengganggu efisiensi, jadi saya sedang belajar bagaimana memprioritaskan tugas dan mengatur deadline dengan lebih baik.)
2. Weakness dalam Public Speaking
“I used to feel nervous when speaking in front of a large audience. To overcome this, I joined a public speaking class and tried volunteering for presentations at work. I’m still improving, but I feel more confident now.”
(Dulu saya sering gugup saat berbicara di depan banyak orang. Untuk mengatasinya, saya ikut kelas public speaking dan mencoba menjadi sukarelawan untuk presentasi di kantor. Saya masih terus belajar, tapi sekarang saya lebih percaya diri.)
3. Weakness dalam Delegasi Tugas
“I sometimes find it hard to delegate tasks because I want to make sure everything is done correctly. But I realized it’s important to trust the team, so now I’m practicing giving clear instructions and allowing others to handle responsibilities.”
(Kadang saya sulit mendelegasikan tugas karena ingin memastikan semua berjalan dengan benar. Tapi saya sadar pentingnya percaya pada tim, jadi sekarang saya berlatih memberi instruksi yang jelas dan membiarkan orang lain bertanggung jawab.)
4. Weakness dalam Impulsif
“I tend to make decisions too quickly when I feel pressured. To improve, I’ve been practicing taking a step back, analyzing the options, and consulting with colleagues before making important decisions.”
(Saya cenderung mengambil keputusan terlalu cepat ketika merasa tertekan. Untuk memperbaikinya, saya berlatih untuk berhenti sejenak, menganalisis pilihan, dan berdiskusi dengan rekan kerja sebelum mengambil keputusan penting.)
5. Weakness dalam Fokus
“Sometimes I get too focused on one task and forget about other priorities. To fix this, I started using a task management app to keep track of deadlines and balance my workload.”
(Kadang saya terlalu fokus pada satu tugas dan melupakan prioritas lain. Untuk memperbaikinya, saya mulai menggunakan aplikasi manajemen tugas untuk melacak deadline dan menyeimbangkan beban kerja saya.)
6. Weakness dalam Perfeksionis Berlebihan
“Sometimes I spend too much time making sure everything is perfect. I realized it can affect productivity, so now I focus on setting priorities and balancing quality with efficiency.”
(Kadang saya terlalu lama memastikan semua hal sempurna. Saya sadar ini bisa mengganggu produktivitas, jadi sekarang saya fokus menetapkan prioritas dan menyeimbangkan kualitas dengan efisiensi.)
7. Weakness dalam Sulit Delegasi
“I used to find it difficult to delegate tasks because I wanted to ensure everything was done correctly. But I’ve been practicing giving clear instructions and trusting my teammates.”
(Saya dulu sulit mendelegasikan tugas karena ingin memastikan semuanya benar. Tapi sekarang saya belajar memberi instruksi yang jelas dan percaya pada tim.)
8. Weakness dalam Gugup Bicara di Depan Umum
“I used to feel nervous when presenting in front of many people. To overcome this, I joined a public speaking class and volunteered to present during team meetings.”
9. Kurang Pengalaman di Bidang Tertentu
“I don’t have much experience with advanced Excel formulas, but I’m currently taking an online course to improve my skills.”
10. Weakness dalam Kurang Sabar
“I can be a little impatient when projects take longer than expected. But I’ve learned to manage it by setting realistic timelines and breaking tasks into smaller steps.”
11. Terlalu Fokus pada Detail
“Sometimes I get too focused on small details, which can slow me down. I’m learning to step back and see the bigger picture when needed.”
12. Weakness dalam Menghindari Konflik
“I tend to avoid conflict because I prefer harmony. But I realized constructive feedback is necessary, so I’m practicing how to communicate concerns more effectively.”
13. Weakness dalam Kurang Spontan
“I usually like to plan everything ahead, which makes me less spontaneous. I’m working on being more flexible when unexpected changes happen.”
14. Weakness dalam Susah Mengatakan “Tidak”
“Sometimes I take on too many tasks because I don’t want to say no. I’ve been learning to prioritize and set boundaries so I can focus on the most important work.”
15. Mudah Tertekan dengan Deadline
“I used to feel stressed when deadlines were tight. But I learned to manage my time better and use productivity tools to stay on track.”
16. Weakness dalam Multitasking yang Tidak Efektif
“I used to multitask too much, which affected the quality of my work. Now I try to focus on one task at a time and set clear priorities.”
17. Weakness dalam Terlalu Blak-blakan
“I can be too straightforward when giving feedback. I’m learning to be more tactful and considerate of others’ feelings.”
18. Weakness dalam Kurang Networking
“I sometimes struggle with networking because I’m naturally introverted. But I’ve been pushing myself to attend events and connect with more professionals.”
19. Weakness dalam Terlalu Analitis
“I tend to overanalyze situations, which can delay decision-making. I’m working on making quicker decisions when needed.”
20. Weakness dalam Terlalu Optimis
“I sometimes underestimate how long tasks will take because I’m overly optimistic. Now I cross-check my timelines with past projects to be more realistic.”
Tips Tambahan Menjawab Pertanyaan Interview Kerja
Selain contoh di atas, ada beberapa tips yang bisa bikin jawabanmu makin kuat:
- Latihan Sebelum Interview. Jangan baru mikir pas di depan pewawancara.
- Pilih 1–2 kelemahan saja. Jangan kebanyakan, cukup yang relevan.
- Hindari kelemahan yang langsung menghambat posisi. Misalnya melamar jadi akuntan tapi kelemahanmu adalah “nggak teliti”.
- Gunakan bahasa positif. Jangan terlalu keras mengkritik diri sendiri.
- Seimbangkan dengan kekuatanmu. Setelah menyebut kelemahan, kamu bisa sambungkan dengan strengths kamu.
Contoh Dialog Interview Sederhana
Biar makin kebayang, ini contoh dialog:
Interviewer: “So, can you tell me, what are your weaknesses?”
Candidate: “I used to feel nervous when speaking in public. But I realized it’s an important skill, so I joined a public speaking class and volunteered for team presentations. Now, I feel more confident, even though I’m still improving.”
Interviewer: “That’s good. How do you think it helps in this role?”
Candidate: “This position requires me to communicate ideas clearly, so I believe improving my public speaking helps me deliver presentations more effectively.”
👉 Dari dialog ini terlihat kalau kandidat jujur, tapi juga punya growth mindset.
Rangkuman
- Pertanyaan interview kerja “What are your weaknesses?” bukan jebakan semata, tapi tes untuk mengukur kejujuran, self-awareness, dan growth mindset.
- Jangan jawab dengan kelemahan fatal atau jawaban template.
- Pilih kelemahan yang realistis tapi bisa diperbaiki.
- Selalu sertakan solusi atau langkah yang sudah kamu ambil.
- Latihan jawabanmu supaya lebih percaya diri saat interview.
Penutup
Menjawab pertanyaan interview kerja “What are your weaknesses?” memang tricky, tapi bukan berarti mustahil. Dengan strategi yang tepat, kamu bisa memanfaatkan pertanyaan ini untuk menunjukkan bahwa kamu orang yang jujur, punya kesadaran diri, dan selalu mau berkembang.
Jadi, jangan takut lagi kalau ditanya soal kelemahanmu. Anggap saja ini kesempatan buat menunjukkan versi terbaik dari dirimu.Kalau menurut kalian artikel kami sangat bagus dan bermanfaat, jangan lupa share artikel kami di media sosial kalian. Dan kabarin juga teman kalian yang ingin belajar bahasa Inggris. Jangan lupa untuk follow akun instagram, akun tiktok, akun youtube, dan akun twitter kami ya teman-teman. Kalau kamu tertarik untuk belajar bahasa Inggris, kamu bisa kunjungi website kami disini.